BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini
belum dapat disetarakan dengan negara-negara maju di dunia. Masih banyak
permasalahan-permasalahan kesehatan yang belum dapat ditangani secara optimal,
bahkan masih ada masalah yang berlarut-larut penanganannya. Hal ini bisa saja
disebabkan oleh lemahnya cara penanganan masalah kesehatan tersebut, dalam hal
ini pada tahap manajemen perencanaan penyelesaian masalah, baik dari tingkat
Puskesmas maupun tingkat kementerian kesehatan.
Sejak diberlakukannya desentralisasi beberapa
peraturan perundang-undangan bidang kesehatan sebagai tindak lanjut
Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang
Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Daerah, telah dan terus disusun Peraturan perundangan kesehatan tersebut antara
lain : (a) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 574/
Menkes/SK/IV/2000 tentang Kebijakan Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia
Sehat 2010. (b) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1202/Menkes/SK/VII/2003 tentang Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman
Penetapan Indikator Propinsi Sehat dan Kabupaten Sehat (c) Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang Standard
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
Untuk mengukur keberhasilan pembangunan
kesehatan tersebut diperlukan indikator, antara lain Indikator Indonesia Sehat,
dan Indikator Kinerja dari Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan.
Indikator Indonesia Sehat yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri tersebut di
atas dapat digolongkan ke dalam : (1) Indikator Derajat Kesehatan sebagai Hasil
Akhir, yang terdiri atas indikator-indikator untuk Mortalitas, Morbiditas, dan
Status Gizi; (2) Indikator Hasil Antara, yang terdiri atas indikator-indikator
untuk Keadaan Lingkungan, Perilaku Hidup, Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan;
serta (3) Indikator Proses dan Masukan, yang terdiri atas indikator-indikator
untuk Pelayanan Kesehatan, Sumber Daya Kesehatan, Manajemen Kesehatan, dan
Kontribusi Sektor Terkait. Sedangkan Indikator Kinerja Standar Pelayanan
Minimal Kesehatan di Kabupaten/Kota terdiri atas 26 indikator pelayanan bidang
kesehatan.
Dalam melakukan manajemen perencanaan
penyelesaian masalah, ada tahap-tahap yang harus dilakukan, yaitu analisis
situasi, identifikasi masalah, prioritas masalah, alternatif penyelesaian
masalah, menentukan tujuan, dan menyusun planning of action dari setiap tujuan
yang ditetapkan. Setelah itu, baru dilakukan monitoring dan evaluasi kegiatan.
Salah satu sarana yang dapat digunakan untuk
menggambarkan hasil atau pencapaian program di bidang kesehatan atau kinerja
dari penyelenggaraan pelayanan kesehatan adalah Profil Kesehatan. Profil
Kesehatan pada intinya berisi berbagai data/informasi yang menggambarkan
tingkat pencapaian program pembangunan kesehatan di tingkat Kabupaten/Kota
dalam penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan sesuai dengan Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan. Disamping itu profil juga bermanfaat sebagai bahan
untuk perencanaan pembangunan kesehatan di tingkat Kabupaten.
Oleh karena itu data dan informasi kesehatan
yang tepat dan akurat sangat dibutuhkan dalam melakukan tahapan-tahapan
manajemen perencanaan, seperti analisis situasi, identifikasi masalah,
menentukan prioritas masalah, menentukan tujuan, mengambil keputusan dalam
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan mengevaluasi pembangunan
kesehatan di suatu tempat, dalam hal ini dikhususkan untuk Kota Denpasar pada
Tahun 2006.
B. RUMUSAN MASALAH
Melalui makalah
ini, ingin dilihat beberapa hal, yaitu :
·
Bagaimana situasi kesehatan di Kota Denpasar?
·
Apakah ada masalah kesehatan yang terjadi?
·
Jika ada, bagaimana cara menyelesaikannya?
C. TUJUAN
Tujuan dari
penulisan makalah ini adalah :
·
Untuk mengetahui situasi kesehatan dan permasalahan
kesehatan yang ada di Kota Denpasar.
·
Untuk mengetahui cara penyelesaian permasalahan tersebut
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam melakukan
manajemen penyelesaian masalah, ada beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu
melakukan analisis situasi, mengidentifikasi penyebab masalah, menentukan
prioritas masalah, menentukan alternatif penyelesaian masalah, menetukan
tujuan, dan menyusun rencana operasional atau planning of action (PoA).
A. ANALISIS SITUASI
Dilihat dari segi geografis, Kota Denpasar
terletak pada posisi 08035’31” sampai 08044’49” Lintang Selatan dan 115000’23” sampai 115016’27” Bujur Timur. Kota Denpasar merupakan daerah dengan ketinggian 500
meter dari permukaan laut. Batas wilayah Kota Denpasar di bagian Utara, Selatan
dan Barat berbatasan dengan Kabupaten Badung, sedangkan di bagian Timur
berbatasan dengan Kabupaten Gianyar. Luas Wilayah Kota Denpasar 127,78 km2 atau 2,18% dari luas wilayah Propinsi Bali. Secara administratif Kota
Denpasar terdiri dari 4 Keamatan, 43 desa atau kelurahan dengan 209 dusun. Luas
wilayah masing-masing kecamatan yaitu Kecamatan Denpasar Utara dengan luas
Wilayah 31,42 km2, Kecamatan Denpasar Timur dengan luas
wilayah 22,31 km2, Kecamatan Denpasar Selatan dengan luas
wilayah 49,99 km2 dan Kecamatan Denpasar Barat dengan luas wilayah 24,06 km2.
Selama tahun 2005 curah hujan yang terjadi
berada di bawah normal yaitu pada bulan Januari, Februari, Maret, Mei, Juni,
Juli, Agustus, September dan Oktober. Sedangkan curah hujan yang cukup tinggi
terjadi pada bulan Desember.
Dalam analisis situasi ini, akan dilihat
situasi kesehatan masyarakat di Kota Denpasar dari aspek Kependudukan/demografi,
Situasi dan kecenderungan kesehatan, Lingkungan kesehatan, Perilaku kesehatan, Program/pelayanan
kesehatan (Kinerja/cakupan, Pembiayaan, SDM, Sarana), Kebijaksanaan kesehatan,
dan Kebijakan/rencana pembangunan daerah.
1.
Kependudukan/Demografi
Pada tahun 2006 jumlah penduduk Kota Denpasar
sebanyak 583.600 jiwa, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 295.183 jiwa dan
perempuan 288.417 jiwa. Jumlah KK yang ada sebanyak 116.720 KK. Dari jumlah
tersebut 17.204 KK (14,74%) termasuk dalam kategori miskin. Tingkat kepadatan
penduduk adalah 4567/km2. Sex ratio penduduk Kota Denpasar pada tahun
2006 adalah 1,02 sedangkan Umur Harapan Hidup (UHH) penduduk Kota Denpasar
mencapai umur 72,11 tahun.
Berikut adalah tabel jumlah penduduk menurut
kelompok umur :
JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR
DI KOTA DENPASAR
TAHUN 2006
No
|
Kelompok Umur (Tahun)
|
Jumlah Penduduk
|
||
Laki-laki
|
Perempuan
|
Total
|
||
1
|
0-4
|
29.038
|
28.485
|
57.523
|
2
|
5-9
|
23.448
|
22.485
|
45.933
|
3
|
10-14
|
19.112
|
18.326
|
37.438
|
4
|
15-19
|
25.152
|
23.537
|
48.689
|
5
|
20-24
|
34.109
|
32.382
|
66.491
|
6
|
25-29
|
36.894
|
36.160
|
73.054
|
7
|
30-34
|
34.619
|
34.891
|
69.510
|
8
|
35-39
|
27.505
|
26.913
|
54.418
|
9
|
40-44
|
20.285
|
19.697
|
39.982
|
10
|
45-49
|
15.169
|
14.930
|
30.099
|
11
|
50-54
|
10.346
|
10.026
|
20.372
|
12
|
55-59
|
6.871
|
6.828
|
13.699
|
13
|
60-64
|
4.771
|
4.852
|
9.623
|
14
|
65-69
|
3.296
|
3.498
|
6.794
|
15
|
70-74
|
2.458
|
2.775
|
5.233
|
16
|
75+
|
2.110
|
2.632
|
4.742
|
Jumlah
|
295.183
|
288.417
|
583.600
|
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Denpasar
Tahun 2006
Sarana pendidikan yang ada di Kota Denpasar
meliputi Sekolah TK sebanyak 179 buah, dengan jumlah murid 17.899 anak, SD/MI
206 buah dengan jumlah murid 75.052 orang, SLTP/MTs 36 buah dengan jumlah
jumlah murid 24.223 orang, sedangkan SLTA/MA 45 buah dengan jumlah murid 27.259
orang.
Sedangkan untuk struktur perekonomian
masyarakat di Kota Denpasar agak berbeda jika dibandingkan dengan struktur
perekonomian masyarakat Provinsi Bali pada umumnya.
Sektor perdagangan, hotel dan restaurant
mendominasi pembentukan Produk Domestik Regional Bruto Kota Denpasar. Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator pembangunan
dibidang ekonomi dari suatu wilayah. Dari data PDRB kita dapat mengetahui
kemampuan suatu daerah dalam berproduksi.
Nilai PDRB Kota Denpasar tahun 2005 atas
dasar harga berlaku sebesar 6,29 triliun rupiah atau meningkat sebanyak 919
milyar rupiah bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sedangkan PDRB atas
dasar harga konstan sebesar 4,17 triliun rupiah atau bertambah sekitar 237
milyar rupiah dibandingkan tahun sebelumnya.
Persentase nilai PDRB Kota Denpasar terhadap
PDRB Propinsi Bali tahun 2005 atas dasar harga yang berlaku adalah sebesar
18,55%, dan nilai PDRB atas dasar harga konstan sebesar 19,80%. Laju pertumbuhan
PDRB Kota Denpasar atas dasar harga berlaku pada tahun 2005 sebesar 17,09%,
sedangkan laju pertumbuhan PDRB Kota Denpasar berdasar harga konstan sebesar
6,05%.
2.
Situasi dan Kecenderungan Kesehatan
Situasi kecenderungan kesehatan di Kota
Denpasar dapat dilihat dari morbiditas dan mortalitas yang terjadi di Kota
Denpasar pada tahun 2006 dan tahun-tahun sebelumnya sebagai perbandingan.
Tingkat kematian secara umum sangat
berhubungan erat dengan tingkat kesakitan. Sebab-sebab kematian ada yang dapat
diketahui secara langsung dan tidak langsung, diantaranya adalah adanya
faktor-faktor lain yang secara bersama-sama dan komulatif akhirnya berpengaruh
terhadap tingkat kematian dalam masyarakat. Salah satu faktor penting lainnya
adalah jumlah anak yang dilahirkan yang semakin kecil dan tingkat kelahiran
yang semakin menurun.
Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat
mortalitas dan morbiditas adalah sosial ekonomi, pendapatan perkapita,
pendidikan, perilaku hidup sehat, lingkungan, upaya kesehatan dan fertilitas.
Data informasi tentang derajat kesehatan
dinyatakan dengan angka kematian bayi, angka kematian balita, angka kematian
ibu maternal, angka kematian kasar dan umur harapan hidup. Data ini diperoleh
dari Susenas, SKRT, maupun sensus penduduk. Data derajat kesehatan dari sumber
resmi tersebut belum menggambarkan sampai tingkat Kabupaten hanya tingkat
propinsi saja.
Ø Morbiditas
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa
penyakit infeksi tetap mendominasi 10 penyakit utama di Kota Denpasar. Ini
menunjukkan bahwa kondisi lingkungan masyarakat sebagai faktor risiko penyakit
infeksi belum begitu baik di masyarakat ditambah lagi dengan kurang sadarnya
masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
Ø Angka Kematian Bayi (AKB)
Hasil
SUSENAS 1999 menunjukan bahwa Angka Kematian Bayi (AKB) di propinsi Bali
sebesar 30,71 per 1000 kelahiran hidup. Hasil SKRT 1999 di Jawa- Bali tentang
pola penyebab kematian bayi adalah gangguan perinatal (33,5%, penyakit sistem
pernapasan 32,1%, Diare 9,6%, Penyakit sistem syaraf 6%, penyakit infeksi dan
parasit lain 4,1%, tetanus 2,3%. Angka Kematian Bayi (AKB) di Kota Denpasar
dalam lima tahun terakhir seperti pada grafik di bawah ini.
Data pada grafik di atas menunjukkan bahwa
Angka Kematian Bayi (AKB) di Kota Denpasar mulai mengalami peningkatan dari 7,7
per 1000 KH pada tahun 2004 menjadi 14,8 per 1000 KH pada tahun 2006. Jika
dibandingkan dengan cakupan AKB di Tingkat Propinsi Bali pada tahun 2006 yaitu
sebesar 9,64 per 1000 KH, cakupan AKB di Kota Denpasar masih lebih tinggi,
namun masih dibawah target nasional yaitu sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup,
maupun target Propinsi dan Kota Denpasar sebesar 30 per 1000 kelahiran hidup.
Kecamatan dengan Angka Kematian Bayi paling
tinggi pada tahun 2006 adalah Kecamatan Denpasar Utara (22 per 1000 KH),,
kemudian disusul Kecamatan Denpasar Selatan (15 per 1000 KH), Kecamatan
Denpasar Timur (14 per 1000 KH) dan terendah adalah Kecamatan Denpasar Barat
(11 per 1000 KH).
Rendahnya Angka Kematian Bayi di Kota
Denpasar menunjukan pelayanan kesehatan bagi bayi cukup baik karena petugas dan
sarana kesehatan sudah menjangkau seluruh wilayah desa/kelurahan yang ada di
Kota Denpasar.
Ø Angka Kematian Balita (AKABA)
Angka Kematian Balita (1-5 tahun) adalah
jumlah kematian anak umur 1-5 tahun per 1000 kelahiran hidup. AKABA
menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak-anak dan faktor-faktor lain
yang berpengaruh terhadap kesehatan anak balita seperti gizi, sanitasi,
penyakit infeksi dan kecelakaan. Angka Kematian Balita (AKABA) di Kota Denpasar
seperti pada grafik di bawah ini :
Angka Kematian Balita (AKABA) di Kota
Denpasar dalam lima tahun terakhir tergolong masih rendah meskipun ada
peningkatan dari 0,32% pada tahun 2005 menjadi 6,34% pada tahun 2006. Kalau
dibandingkan dengan estimasi kematian Balita di propinsi Bali yang dihitung
dari Badan Pusat Statistik tahun 1999 sebesar 59 per 1000 kelahiran hidup,
angka tersebut tergolong masih rendah. Kalau dilihat dari Hasil SKRT 1999 di
Jawa Bali menunjukan 5 penyebab kematian balita yaitu penyakit sistim
pernafasan 30,8%, gangguan perinatal 21,6%, diare 15,3%, Infeksi dan parasit
lain 6,3%, saraf 5,5%, tetanus 3,65 %.
Kecamatan dengan angka kematian balita
tertinggi di Kota Denpasar adalah Kecamatan Denpasar Utara (23 per 1000 KH),
kemudian disusul Kecamatan Denpasar Timur (21 per 1000 KH), Kecamatan Denpasar
Selatan (16 per 1000 KH) dan Kecamatan Denpasar Barat (11 per 1000 KH).
Rendahnya angka kematian balita (AKABA) di
Kota Denpasar disebabkan karena baiknya gizi balita, rendahnya faktor risiko
yang mengakibatkan kematian bagi balita, perilaku orang tua dalam pemberian
gizi anak cukup baik serta peranan dari petugas kesehatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan.
Ø Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)
Angka Kematian Ibu Maternal berguna untuk
menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi, kesehatan
ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk
ibu hamil, waktu melahirkan dan masa nifas. Angka kematian ibu sampai saat ini
baru diperoleh dari survei-survei terbatas seperti penelitian dan pencatatan
pada 12 rumah sakit pendidikan (1977-1980) diperoleh AKI 370 per 100.000
kelahiran hidup. Hasil SKRT 1997 Angka Kematian Ibu sebesar 373 per 100.000
kelahiran hidup.
Angka kematian ibu maternal di Kota Denpasar
dalam lima tahun terakhir sebagaimana terlihat pada grafik di bawah ini :
Angka Kematian Ibu Maternal di Kota Denpasar
dalam lima tahun terakhir berfluktuatif dimana AKI tertinggi terjadi pada tahun
2004 sebesar 72 per 100.000 KH kemudian pada tahun 2005 turun menjadi 16 per
100.000 KH dan pada tahun 2006 meningkat lagi menjadi 59 per 100.000 KH.
Dibandingkan dengan Cakupan AKI Tingkat Propinsi Bali sebesar 80,44 per 100.000
KH dan Tingkat Nasional sebesar 307 per 100.000 KH pada tahun 2006, maka Angka
Kematian Ibu (AKI) di Kota Denpasar berada dibawah dari Angka Kematian Ibu
(AKI) di Tingkat Propinsi Bali maupun nasional. Begitu juga halnya jika
dibandingkan dengan target pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan,
maka AKI per 100.000 Kelahiran Hidup di Kota Denpasar termasuk rendah karena
masih di bawah target yang ditetapkan baik secara nasional (125 per 100.000 KH)
maupun Tingkat Propinsi dan Kota Denpasar (100 per 100.000 KH).
Sebaran AKI di Kecamatan yang ada di Kota Denpasar
adalah Kecamatan Denpasar Utara dan Kecamatan Denpasar Timur masing-masing 10
per 100.000 KH, Kecamatan Denpasar Selatan dan Kecamatan Denpasar Barat
masing-masing 20 per 100.000 KH. Kalau dibandingkan dengan target pada Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan, maka AKI per 100.000 KH di Kota Denpasar
termasuk rendah karena berada di bawah target yang ditetapkan baik secara
nasional (125 per 100.000 KH) maupun
target Propinsi/Kota Denpasar (100 per 100.000 KH).
3.
Lingkungan kesehatan
Penyakit infeksi dan parasit berkaitan dengan
penggunaan air bersih, jamban keluarga, pengelolaan sampah dan pembuangan air
limbah.
Ø Air bersih
Persentase
keluarga yang memiliki akses air bersih di Kota Denpasar pada tahun 2006 sudah
mencapai 100%. Akses air bersih bersumber dari ledeng dengan persentase
tertinggi yaitu 68,92% kemudian diikuti akses air bersih bersumber dari sumur
gali 28,93%, sumur pompa tangan (SPT) 4,15% dan yang terkecil bersumber dari
lain-lain sebesar 0,10%. Dengan adanya seluruh masyarakat yang sudah bisa mengakses
air bersih di Kota Denpasar, diharapkan penyakit-penyakit menular melalui air (water
borne desease) dapat dicegah atau sedapat mungkin diturunkan kasusnya.
Ø Perumahan dan lingkungan
a. Rumah Sehat
Pada tahun 2006 dilakukan pemeriksaan terhadap 67.952 rumah (59,68%)
dari 113.853 rumah yang ada di Kota Denpasar. Jumlah Rumah yang termasuk dalam kategori
sehat sebanyak 51.081 rumah (75,17%).
b. Rumah/Bangunan Bebas
Jentik
Dalam rangka pencegahan terhadap DBD, di Kota Denpasar telah dilakukan pengamatan
jentik secara berkala. Pemeriksaan dilakukan pada 55.080 rumah/bangunan
(63,38%) dari 86,901 rumah/bangunan yang ada. Hasilnya menunjukkan bahwa yang
termasuk dalam kategori rumah/bangunan bebas jentik sebanyak 44.907
rumah/bangunan (81,53%). Sedangkan sisanya 18,47% dalam kategori tidak bebas
jentik yang dikhawatirkan dapat menimbulkan KLB Demam Berdarah Dengue di Kota
Denpasar. Untuk itu perlu upaya yang lebih keras lagi dari petugas maupun
seluruh komponen masyarakat agar seluruh rumah/bangunan yang ada bebas dari
jentik.
c. Jamban
Jumlah KK yang memiliki jamban di Kota Denpasar pada tahun 2006 sebanyak
101.158 KK (88,85%) dari 113.850 KK yang ada. Tingginya cakupan KK yang
memiliki jamban merupakan faktor pendukung tercapainya kesehatan masyarakat,
terutama dalam mencegah penularan penyakit menular dengan perantara kotoran
manusia seperti kecacingan, dan sebagainya.
d. Tempat Sampah dan
pengelolaan air limbah
Data mengenai sarana sanitasi berupa tempat sampah pada tahun 2006 tidak
dilaporkan. Pengelolaan air limbah ditingkat keluarga sudah mulai mendapatkan perhatian.
Dari 113.850 KK yang ada, yang memiliki pengelolaan air limbah sebanyak 87.552
KK (76,90%).
Ø Tempat-Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan
Pemeriksaan terhadap tempat-tempat umum dan
pengelolaan makanan (TUPM) meliputi hotel, restoran atau rumah makan, pasar
serta TUPM lainnya. Jumlah hotel yang ada di Kota Denpasar sebanyak 200 buah,
restoran atau rumah makan sebanyak 350 buah, pasar sebanyak 45 buah, Tempat-tempat
Umum Pengeloaan Makanan (TUPM) sebanyak 3.397 buah serta TUPM lainnya sebanyak 1.924
buah.
Hotel yang termasuk dalam kategori sehat
sebanyak 107 (93%) dari 115 buah hotel yang diperiksa, restoran atau rumah
makan seluruhnya termasuk dalam kategori sehat dari 283 restoran atau rumah
makan yang diperiksa, TUPM dalam kategori sehat sebanyak 2.100 buah (87,54%)
dari TUPM yang ada serta untuk TUPM lainnya dalam kategori sehata sebanyak
1.632 (84,82%) dari 1.924 TUPM lainnya yang ada.
Ø Pembinaan Institusi
Pembinaan terhadap institusi pada tahun 2006
hanya dilakukan pada sarana kesehatan, sarana ibadah dan sarana pendidikan,
sedangkan pembinaan di perkantoran sampai saat ini belum dilaksanakan. Sarana
kesehatan yang ada sudah seluruhnya dibina secara rutin. Untuk sarana ibadah
baru dilakukan pembinaan terhadap 172 sarana ibadah (69,64%) dari 247 buah
sarana ibadah yang ada.
Sedangkan pada institusi sarana pendidikan,
pembinaan dilakukan pada 205 sarana (7perkantoran serta sarana lainnya tidak
ada data tentang pembinaan di institusi %) dari sarana pendidikan yang ada.
4.
Perilaku Kesehatan
Untuk menanggulangi rumah tangga yang rawan
terhadap penyakit infeksi dan non infeksi, maka setiap rumah tangga yang ada
perlu diberdayakan untuk melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada rumah tangga di Kota Denpasar
dalam lima tahun terakhir seperti pada grafik di bawah ini :
Data lima tahun terakhir menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan jumlah rumah tangga yang ber-PHBS di Kota Denpasar mulai
tahun 2002 s/d 2005. Cakupan tertinggi dicapai pada tahun 2005 yaitu 99,86%.
Akan tetapi pada tahun 2006 cakupan rumah tangga ber-PHBS di Kota enpasar
mengalami penurunan dengan tingkat pencapaian 76,63%. Untuk mencegah penurunan
cakupan rumah tangga ber-PHBS di Kota Denpasar perlu diantisipasi dengan
meningkatkan pembinaan PHBS di rumah tangga dengan menggerakkan dan
memberdayakan keluarga atau anggota rumah tangga untuk hidup bersih dan sehat
agar setiap keluarga tahu, mau dan mampu menolong diri sendiri di bidang
kesehatan.
Beberapa perilaku masyarakat yang merugikan
kesehatan antara lain penggunaan narkotika, obat psikotropika dan zat aditif.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangai penyalahgunaan NAPZA
adalah penyebarluasan informasi kesehatan melalui penyuluhan kepada anak
sekolah serta kelompok potensial lainnya di masyarakat.
5.
Program/Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan bertujuan meningkatkan
pemerataan dan mutu upaya kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna serta
terjangkau oleh segenap masyarakat. Sasarannya adalah tersedianya pelayanan
kesehatan dasar dan rujukan oleh pemerintah dan swasta yang didukung oleh
partisipasi dan sistem pembiayaan pra upaya.
Ø Kinerja/Cakupan
·
Cakupan
distribusi kapsul Vit. A
Secara umum cakupan vitamin A dosis tinggi pada balita di Kota Denpasar
sudah melebihi target tahunan yang telah ditetapkan baik di tingkat propinsi
Bali maupun Kota Denpasar.
·
Cakupan
pemberian tablet Fe bagi ibu hamil
Data pada tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa cakupan Fe 1 dan Fe 3 pada
ibu hamil secara umum sudah melebihi target yang telah ditetapkan untuk masing-masing
tahun.
·
Pelayanan
ANC
Program ANC bertujuan untuk menurunkan angka
kematian ibu melahirkan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan. Kegiatan
ANC di Kota Denpasar meliputi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan,
Kunjungan ibu hamil (K1 dan K4) dan kunjungan neonatus.
Cakupan kegiatan ANC dalam lima tahun
terakhir rata-rata mengalami penurunan. Cakupan pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan pada tahun 2004 merupakan hasil tertinggi yang pernah dicapai
(100%), sedangkan dua tahun sebelumnya (2002 s/d 2003) serta dua tahun
sesudahnya (2005 s/d 2006) hasil yang dicapai berada di bawah target yang
ditetapkan secara nasional (95%).
Gambaran Cakupan Persalinan oleh tenaga
kesehatan dalam lima tahun terakhir seperti pada grafik di bawah ini :
·
Imunisasi
bayi dan ibu hamil
Dalam lima tahun terakhir cakupan imunisasi untuk bayi yang meliputi
imunisasi BCG, HB3, Campak, Polio 3, Polio 4, DPT1 dan DPT 3 rata-rata sudah
melebihi target yang telah ditetapkan. Namun khusus untuk cakupan imunisasi HB3
pada tahun 2006 hasilnya masih berada di bawah target yang telah ditetapkan.
Imunisasi pada ibu hamil meliputi imunisasi TT1 dan TT2. Cakupan imunisasi TT1
dan TT2 pada ibu hamil tiap tahunnya mengalami penurunan. Pada tahun 2006
Cakupan imunisasi TT1 mencapai 69,91% sedangkan TT2 mencapai 62,19%. Hasil ini
masih jauh dari target yang ditetapkan yaitu 100% untuk TT1 dan 90% untuk TT2.
Adanya penurunan cakupan TT ibu hamil ini kemungkinan disebabkan beberapa
factor antara lain mobilitas bumil yang cukup tinggi, atau beralih ke dokter spesialis
kandungan (obgyn) dan juga ke tempat praktek bidan swasta.
·
Deteksi
dini tumbuh kembang balita
Cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita/prasekolah di Kota
Denpasar tahun 2006 sudah mencapai 77,16% atau deteksi tumbuh kembang anak
dilakukan terhadap 36.700 anak dari 47.565 anak balita atau anak prasekolah
yang ada. Hasil yang dicapai ini sudah berada di atas target yang ditetapkan
yaitu sebesar 75%.
·
Pelayanan
kesehatan remaja
Pelayanan kesehatan pada kelompok remaja difokuskan pada siswa SMP/SMU.
Kegiatannya meliputi penyuluhan dan pembinaan yang terintegrasi dalam pelayanan
kesehatan peduli remaja (PKPR).
Cakupan pelayanan kesehatan pada kelompok remaja di Kota Denpasar tahun
2006 baru mencapai 18,24% atau pelayanan kesehatan pada kelompok remaja telah
dilakukan pada 8.569 siswa SMP/SMU dari 46.974 siswa SMP/SMU yang ada di Kota
Denpasar.
·
Pelayanan
kesehatan pra lanjut usia dan lanjut usia
Cakupan pelayanan kesehatan pada kelompok pra usia lanjut dan usia
lanjut mencapai 61,57% atau sebanyak 6.218 pra usia lanjut dan usia lanjut
telah memperoleh pelayanan kesehatan dari 10.083 pra usia lanjut dan usia
lanjut yang ada.
Dibandingkan dengan standar pelayanan minimal bidang kesehatan, maka
cakupan pelayanan pra usia lanjut dan usia lanjut di Kota Denpasar masih di
bawah target yang ditetapkan (70%)
·
Pelayanan
keluarga berencana
Pada tahun 2006 tercatat sebanyak 69.737 Wanita usia subur (WUS) di Kota
Denpasar. Dari jumlah tersebut sebanyak 57.700 WUS (82,74%) merupakan peserta
KB aktif dan 7.398 (10,61%) merupakan peserta KB baru.
Metode kontrasepsi yang digunakan meliputi Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang (MKJP) dan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP).
Metode kontrasepsi jangka panjang yang paling banyak digunakan adalah
jenis IUD (44,42%), dan yang paling sedikit adalah jenis implant (0,03%).
Sedangkan untuk Non MKJP, kontrasepsi suntikan merupakan yang paling banyak
(31,38%) dan yang paling sedikit adalah kondom (4,40%).
Ø Pembiayaan
Jumlah anggaran sektor kesehatan di Kota Denpasar tahun 2006 sebesar
Rp.76.224.972,827 atau sekitar 12,80% dari APBD Kota Denpasar yang seluruhnya
berjumlah Rp. 588.122.961.800.
Pemerintah daerah sudah mulai menyadari bahwa kesehatan itu mahal dan
merupakan investasi. Hal ini dapat dilihat persentase alokasi anggaran untuk
kesehatan semakin meningkat. Dari 3,64 % pada tahun 2002, menjadi 12,80% pada
tahun 2006.
Untuk mendapatkan alokasi anggaran yang lebih besar, maka Dinas
Kesehatan beserta jajarannya masih perlu melakukan negosiasi dan advokasi untuk
membiayai program-program kesehatan yang ada.
Dari total anggaran kesehatan, maka persentase sumber anggaran APBD Kota
Denpasar paling besar yaitu Rp. 75.360.806.827 (98,67%), sedangkan dari PHLN
hanya Rp. 235.731.000 atau sekitar 0,31%.
Penggunaan Anggaran APBD II untuk sektor Kesehatan didominasi oleh
Belanja Operasional dan Pemeliharaan/BOP sekitar 44,08% dan Belanja
Administrasi Umum/BAU sekitar 42,05% sedangkan sisanya 13,87% untuk Belanja
Modal.
Ø SDM
Rasio tenaga kesehatan yang ada di Kota Denpasar pada tahun 2006 seperti
terlihat pada grafik berikut :
Grafik di atas menunjukkan bahwa rasio terbesar tenaga kesehatan yang
ada di Kota Denpasar per 100.000 penduduk pada tahun 2006 adalah tenaga perawat
dan bidan yang mencapai 401 per 100.000 penduduk, kemudian diikuti tenaga medis
yang mencapai 181 per 100.000 penduduk. Sedangkan rasio terkecil adalah tenaga
Sanitasi 7 per 100.000 penduduk dan tenaga kesehatan masyarakat (Kesmas) yang
hanya 6 per 100.000 penduduk Kota Denpasar. Secara keseluruhan jumlah tenaga
kesehatan per 100.000 penduduk di Kota Denpasar belum memenuhi target yang
ditetapkan dalam Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar tahun 2006 s/d 2010.
Ø Sarana
Sumber daya sarana kesehatan yang ada di Kota Denpasar pada tahun 2006
seperti terlihat dalam tabel di bawah ini :
Sarana pelayanan kesehatan yang ada, baik milik pemerintah maupun swasta
secara geografis mudah diakses atau dijangkau serta penyebarannya hampir merata
di seluruh wilayah Kota Denpasar.
6.
Kebijakan/Rencana Pembangunan Daerah
Target yang harus dicapai program kesehatan
setiap tahunnya telah tertuang dalam Standar Pelayanan Minimal Kesehatan.
Standar Pelayanan Minimal (SPM) pada hakekatnya merupakan bentuk-bentuk
pelayanan kesehatan yang selama ini telah dilaksanakan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota, yang merupakan jenis pelayanan yang bersifat spesifik daerah
yang merupakan permasalahan kesehatan masyarakat dan terkait dengan kesepakatan
global.
Rencana-rencana tersebut antara alain :
·
Meningkatkan
kualitas SDM dan koordinasi kerja dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
·
Memberikan
pelayanan kesehatan yang optimal kepada masyarakat
·
Mendorong
kesadaran dan peran aktif masyarakat dalam membangun perilaku hidup bersih dan
sehat.
·
Melaksanakan
kerjasama dengan lintas sektor dan masyarakat
·
Melakukan
koordinasi dengan lintas sektor dan sosialisasi tentang program pembangunan
kesehatan nasional.
Dari
analisis situasi di atas, dapat dilihat bahwa meskipun pembangunan kesehatan di
Kota Denpasar pada tahun 2006 sudah bagus, namun masih ada masalah kesehatan
yang terjadi.
Masalah
tersebut yaitu masih tingginya dominasi
penyakit infeksi pada 10 penyakit utama di Kota Denpasar pada tahun 2006 sebesar
67,12%.
Penyakit
infeksi ini antara lain adalah Infeksi akut pada saluran pernafasan bagian atas
(37,53%), Infeksi lain pada saluran pernafasan bagian atas (21,85%), Penyakit
kulit infeksi (5,18%), dan penyakit infeksi menular seksual serta HIV/AIDS (2,56%).
B. IDENTIFIKASI PENYEBAB MASALAH
Setelah melakukan
analisis situasi, didapatkan masalah yang terjadi di Kota Denpasar adalah
dominasi penyakit infeksi yang belum bisa diatasi, yaitu sebesar 67,12%. Oleh
karena itu, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi penyebab masalah atau
faktor determinannya.
Dalam melakukan
identifikasi penyebab masalah, dapat menggunakan Pendekatan Blum. Suatu metode analisis penyebab masalah
dengan memperhatikan faktor yang mempengaruhi status kesehatan suatu masyarakat
yang dikemukakan oleh H.L. Blum, yaitu :
·
Lingkungan
·
Perilaku
·
Pelayanan Kesehatan
·
Genetik/Kependudukan.
Identifikasi
Penyebab Masalah Kesehatan di Kota Denpasar pa.da Tahun 2006
Masalah
|
Pola-pola sebab
|
|||
Lingkungan
|
Perilaku
|
YanKes
|
Genetik/Demografi
|
|
Dominasi penyakit infeksi (ISPA, infeksi saluran
pernapasan lain, infeksi kulit, IMS, dan HIV/AIDS) pada 10 penyakit utama
|
Perubahan
musim
|
Menurunnya
presentasi RT yang ber-PHBS selama 5 tahun terakhir
|
Rendahnya persentase ketersediaan obat
sesuai kebutuhan
|
Tingginya
kepadatan penduduk, yaitu 4.567/km2.
|
Agent
penyakit, baik yang bersifat biologi, kimia, maupun fisika.
|
Meningkatnya
penderita HIV/AIDS selama 5 tahun terakhir (116 kasus)
|
Rendahnya cakupan ibu hamil yang mendapat tablet Fe
|
|
|
|
Tingginya
penderita IMS (78,9%)
|
Rendahnya cakupan Balita gizi buruk yang
mendapat perawatan
|
|
|
|
Meningkatnya
kasus balita BGM selama 5 tahun
terakhir (0,79%)
|
|
|
|
|
Rendahnya
cakupan kunjungan neonates & cakupan
kunjungan bayi
|
|
|
C. PRIORITAS MASALAH
Prioritas masalah dibutuhkan untuk mengidentifikasi masalah atau
penyebab masalah mana yang akan terlebih
dahulu diintervensi atau ditindak lanjuti. Prioritas masalah penting karena sumberdaya (6M+1T: Man/tenaga,
Money/dana atau uang, Material/bahan, Methode/teknik, Mechine/alat,
Market/pasar dan Time/waktu) bidang kesehatan yang terbatas,
sedangkan masalah yang harus ditanggulangi sangat banyak dan kompleks. Ada beberapa cara yang dapat digunakan, salah satunya adalah metode PAHO (Pan America Health Organization). Penentuan prioritas
berdasarkan 4 kriteria (skor 1-10) :
(1)
Magnitude (M): prevalensi,
jumlah penduduk yang terkena
(2)
Severity (S): keparahan,
misalnya CFR, kerugian ekonomis
(3)
Vulnerability (V): apakah tersedia
kemampuan/teknologi mengatasinya
(4)
Community/political
concern (CC) : kehebohan masyarakat dan pejabat
Ø Daftar masalah yang
akan diintervensi:
·
Penyakit
infeksi menular seksual dan HIV/AIDS (3673 kasus): Masalah A
·
Penyakit
kulit infeksi (13.782 kasus): Masalah B
·
Infeksi
lain pada saluran pernafasan bagian atas (58.098 kasus): Masalah C
·
Infeksi
akut pada saluran pernafasan bagian atas/ISPA (99.791 kasus): Masalah D
Ø Tabel Skorring
Prioritas Masalah
Kriteria PAHO
|
Masalah A
|
Masalah B
|
Masalah C
|
Masalah D
|
Magnitude (M)
|
4
|
6
|
6
|
8
|
Severity (S)
|
5
|
4
|
6
|
7
|
Vulnerability (V)
|
4
|
5
|
5
|
6
|
Community/political concern (CC)
|
6
|
5
|
5
|
5
|
M x S x V x CC
|
480
|
600
|
900
|
1680
|
Rangking
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Jadi, dari tabel skorring, dapat dilihat bahwa masalah yang
diprioritaskan penyelesaiannya adalah :
1
= Infeksi akut pada saluran pernafasan bagian
atas/ISPA (99.791 kasus): Masalah D
2
= Infeksi lain pada saluran pernafasan bagian
atas (58.098 kasus): Masalah C
3
= Penyakit kulit infeksi (13.782
kasus): Masalah B
4
= Penyakit infeksi menular seksual dan HIV/AIDS
(3673 kasus): Masalah A
D. ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH
Selanjutnya adalah
menyusun alternatif penyelesaian masalah yang diprioritaskan untuk diselesaikan
dengan menggunakan beberapa cara, salah satunya adalah Focus Group Discussion
(FGD).
Focus Group Discussion (FGD) atau Diskusi
Kelompok Terarah (DKT) adalah bentuk diskusi yang bersifat informal dan
terstruktur untuk mendiskusikan atau membahas suatu masalah tertentu atau
membahas cara penyelesaian suatu masalah. Manfaat dari FGD ini adalah dapat
diperoleh masukan dari berbagai pihak mengenai suatu masalah atau cara
penyelesaian suatu masalah.
Untuk menyelesaikan
masalah penyakit infeksi (ISPA, infeksi lain, penyakit kulit infeksi, serta IMS
dan HIV/AIDS), dapat menggunakan beberapa cara berikut ini :
ü Pelatihan
kader-kader kesehatan yang ada di daerah terpencil.
ü Penyempurnaan
surveilans.
ü Memberikan
penjelasan dan komunikasi tentang penyakit batuk pilek biasa (bukan pneumonia)
serta penyakit pneumonia kepada ibu-ibu serta tentang tindakan yang perlu
dilakukan oleh ibu yang anaknya menderita penyakit tersebut.
ü Memberikan
penyuluhan tentang Kewaspadaan Standar dari kasus Infeksi, yang meliputi
kebersihan tangan, penggunaan alat pelindung diri (APD), untuk menghindari
kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, sekret , dan kulit yang tidak utuh,
pencegahan luka tusukan jarum/benda tajam, dan pembersihan dan disinfeksi
lingkungan dan peralatan.
ü Memberikan
penyuluhan tentang pentingnya PHBS dan kebersihan lingkungan.
ü Memberikan
penyuluhan tentang bahaya IMS dan HIV/AIDS
ü Penyebarluasan
kondom pada kelompok risiko tinggi
E. MENENTUKAN TUJUAN
Tujuan adalah gambaran keadaan yang akan datang, yang diwujudkan melalui
berbagai kegiatan yang direncanakan.
Fungsi dari penentuan tujuan
adalah :
•
Pedoman bagi kegiatan; menentukan kegiatan yang “harus”
dan “tidak harus” dilakukan, termasuk sebagai dasar untuk alokasi sumber daya
•
Sumber legitimasi; pembenaran untuk mendapatkan
sumberdaya dan dukungan
•
Standar pelaksanaan; temasuk sebagai standar penilaian
•
Sumber motivasi; dorongan untuk melakukan pekerjaan,
apalagi didukung dengan adanya insentif
•
Dasar rasional pengorganisasian; pola komunikasi,
pengawasan, pengendalian, dll
•
Prioritas kegiatan organisasi; ada gambaran kegiatan
utama organisasi.
Ada beberapa hal
yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan tujuan program, yaitu sebagai
berikut:
•
Target atau tujuan yang merupakan komitmen nasional
•
Target atau tujuan yang
merupakan komitmen global
•
Tujuan progam lima
tahunan seperti ditetapkan dalam Renstra Kesehatan Daerah
Prinsip dasar yang harus
diperhatikan adalah SMARTS yaitu
Specific (spesifik), Measurable (dapat diukur), Attainable
(dapat dicapai), Relevant (relevan), Time bound (tepat waktu).
Hal yg perlu dipertimbangkan dalam penentuan tujuan adalah:
•
Trend masa lalu
•
Tujuan dalam renstrakes
•
Fenomena “diminishing return”
•
Prospek sumberdaya/dana
•
Kapasitas institusi/infrastruktur
Pernyataan tujuan
ada 2, yaitu tujuan umum dan khusus, yaitu :
•
Tujuan Umum : Menurunkan angka prevalensi penyakit infeksi,
Meningkatkan cakupan pemeriksaan, dan Menurunkan angka kematian akibat penyakit
infeksi.
•
Tujuan khusus : Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
penyakit infeksi dan Menyediakan fasilitas kesehatan untuk menanggulangi
penyakit infeksi.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, maka dilakukan kegiatan-kegiatan
berikut ini:
Program Kesehatan
|
Kegiatan
|
Pelayanan individu
|
•
Penemuan kasus : pemeriksaan individu
•
Faktor resiko: kesadaran
individu
|
Kesehatan masyarakat
|
•
Penemuan kasus : survei
•
Faktor resiko:
ü Penyuluhan tentang kewaspadaan standar dari kasus
penyakit infeksi
ü Penyuluhan tentang
penyakit batuk pilek biasa (bukan pneumonia) serta penyakit pneumonia kepada
ibu-ibu serta tentang tindakan yang perlu dilakukan oleh ibu yang anaknya
menderita penyakit tersebut.
ü Promosi kesehatan ttg phbs dan lingkungan sehat
ü Promosi bahaya HIV/AIDS dan ims serta penggunaan kondom
untuk mencegah HIV/AIDS
ü
Monitoring KLB
|
Manajemen
|
•
Pertemuan kordinasi lintas sektor
•
Pertemuan kordinasi lintas
program
•
Sistem pelaporaan
•
Supervisi lapangan
|
Peningkatan kapasitas
|
•
Pelatihan kader
•
Pembelaian alat (mikroskop,
komputer)
•
Perluasan penyebaran kondom
|
F. MENYUSUN POA
Rencana Operasional atau planning of action adalah suatu dokumen penyusunan rencana
pelaksanaan program kesehatan yang disusun berdasarkan kegiatan-kegiatan dengan
memperhitungkan hal-hal yang telah ditetapkan dalam proses sebelumnya serta
semua potensi sumber daya yang ada.
Langkah-langkah dalam penyusunan PoA antara lain :
•
menguraikan masalah
•
perumusan tujuan, sasaran dan kebijaksanaan
•
uraian program kesehatan
•
pengawasan dan pengendalian.
Ø Bagan PoA
Kegiatan
|
Tujuan
|
Sasaran
|
Biaya /
Sumber
|
Waktu
|
Tempat
|
Penanggu-ngjawab
|
Indikator keberhasilan
|
Ket
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
Penemuan kasus
|
Untuk mengetahui
prevalensi dan trend penyakit infeksi
|
Individu dan masy.
|
Makan+Transportasi
(3.750.000/10 org/14hari)+Lain2(250.000/ 14 hari) = 4.000.000
Sumbernya APBD
|
Apr
|
Semua wilayah
Kota Denpasar
|
Kepala Dinkes
|
Minimal 75%
|
|
Penyuluhan
tentang PHBS dan lingkungan sehat
|
Untuk memberikan
pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam hal ber-PHBS
|
Masy. Kota
Denpasar yg tinggal di daerah risti peny. infeksi (Denpasar Timur)
|
350 brosur xRp2000=
700.000 + biaya operasional 300.000 = 1.000.000
Sumbernya PHLN
|
2x dlm setahun
(Mei& Nov.)
|
PKM di daerah
risti
|
Ketua Pelaksana
Kegiatan
|
Minimal 70%
|
|
Promosi bahaya
HIV/AIDS dan IMS, serta penggunaan
kondom untuk mencegah HIV/AIDS
|
Untuk memberikan
pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang bahaya HIV/AIDS dan IMS
|
PSK dan kelompok
usia remaja
|
Rp2.500.000
Sumbernya PHLN
|
Mei-Juli
|
Tempat lokalisasi
dan 20 sekolah
|
Ketua Pelaksana
Kegiatan
|
Minimal 70%
|
|
Pertemuan
kordinasi lintas sektor dan lintas program
|
Untuk
mengkoordinasikan masalah penyakit infeksi yang terjadi di Kota Denpasar
|
Seluruh sektor
yang terkait
|
Rp 2.000.000
Sumbernya APBD
|
Bulan Jan, Juli,
dan Desember
|
Di R.per- temuan Dinkes
|
Kepala Dinas
Kesehatan
|
Kehadiran peserta
100%
|
|
Surveilans
|
Untuk mengetahui
frekuensi, distribusi, dan faktor determinan dari penyakit infeksi
|
Semua masy. Kota
Denpasar
|
Rp 5.000.000
Sumbernya APBD
|
Bulan Jan-Des
|
PKM, RS, dan DinKes
|
Kepala bagian
Epidemiologi
|
Minimal 90%
|
|
Pelatihan kader
|
Untuk
memberdayakan masyarakat agar mandiri dalam menyelesaikan penyakit infeksi
yang masih level awal.
|
ToMa, ToGa
|
Rp 1.000.000
Sumbernya APBD
|
Juni, Sept, Okt,
Feb, dan Maret
|
PKM 4 kec di Kota
Denpasar
|
Kepala PKM
|
Minimal 75%
|
|
Penyebarluasan
kondom
|
Untuk mencegah
menularnya penyakit IMS IMSH IV/AIDS
|
PSK dan
orang-orang yang beresiko tinggi lainnya
|
Rp 1.000.000
Sumbernya PHLN
|
Juni
|
Tempat lokalisasi
|
Ketua Pelaksana
Kegiatan
|
Minimal 95%
|
|
Ø Penyusunan Jadwal
Waktu (Gantt Chart)
Kegiatan
yang akan dilakukan dalam suatu program kesehatan harus disusun secara rinci,
dan ditentukan batas waktu atau tanggal tertentu kapan program harus selesai.
Kegiatan
|
Jan
|
Feb
|
Mar
|
Apr
|
Mei
|
Juni
|
Juli
|
Ags
|
Sep
|
Okt
|
Nov
|
Des
|
Penemuan kasus penyakit infeksi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Penyuluhan tentang PHBS dan lingkungan sehat
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Promosi bahaya HIV/AIDS dan IMS, serta penggunaan kondom untuk mencegah
HIV/AIDS
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pertemuan
kordinasi lintas sektor dan lintas program
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Surveilans
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pelatihan kader
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Penyebarluasan
kondom
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Setelah selesai menyusun rencana operasional
(PoA) ini, maka yang selanjutnya dilakukan adalah melakukan kegiatan monitoring
dan evaluasi kegiatan, untuk melihat apakah kegiatan-kegiatan yang telah
direncanakan berjalan dengan baik dan sesuai dengan rencana atau tidak.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari
hasil manajemen perencanaan kegiatan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal,
yaitu :
Ø Situasi kesehatan di Kota Denpasar pada tahun
2006 sudah mengalami perkembangan yang bagus, namun masih ada masalah kesehatan
yang terjadi.
Ø Masalah kesehatan
yang terjadi di Kota Denpasar pada tahun 2006, yaitu masih mendominasinya
penyakit infeksi sebesar 66,05% di antara 10 penyakit utama. Penyakit infeksi 67,12%. Penyakit infeksi ini antara lain
adalah Infeksi akut pada saluran pernafasan bagian atas (37,53%), Infeksi lain
pada saluran pernafasan bagian atas (21,85%), Penyakit kulit infeksi (5,18%),
dan penyakit infeksi menular seksual serta HIV/AIDS (2,56%).
Ø
Untuk menanggulanginya pertama-tama diidentifikasi
penyebab masalah, dicari prioritas masalah, menyusun alternatif penyelesaian
masalah, menentukan tujuan, dan menyusun rencana operasional atau Planning of Action (PoA), untuk
selanjutnya di monitoring dan dievaluasi
B. SARAN
Ø Di
tingkat puskesmas agar dilakukan pemutakhiran atau validasi data sebagai data
dasar penyusunan Profil Kesehatan Kota Denpasar. Karena, data yang lengkap
tersebut akan sangat membantu dalam melakukan proses manajemen perencanaan.
Ø Program-program
yang belum meiliki laporan di Subdin/Seksi serta belum ditetapkan targetnya
agar ditetapkan targetnya yang mengacu pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan dan disesuaikan dengan kondisi spesifik daerah serta dibuatkan
laporan secara rutin.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas
Kesehatan Kota Denpasar. Profil Kesehatan Kota Denpasar Tahun 2006.
Materi
Kuliah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar