Sabtu, 28 April 2012

Manajemen Perencanaan Penyelesaian Permasalahan Kesehatan di Kota Denpasar


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini belum dapat disetarakan dengan negara-negara maju di dunia. Masih banyak permasalahan-permasalahan kesehatan yang belum dapat ditangani secara optimal, bahkan masih ada masalah yang berlarut-larut penanganannya. Hal ini bisa saja disebabkan oleh lemahnya cara penanganan masalah kesehatan tersebut, dalam hal ini pada tahap manajemen perencanaan penyelesaian masalah, baik dari tingkat Puskesmas maupun tingkat kementerian kesehatan.
Sejak diberlakukannya desentralisasi beberapa peraturan perundang-undangan bidang kesehatan sebagai tindak lanjut Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, telah dan terus disusun Peraturan perundangan kesehatan tersebut antara lain : (a) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 574/ Menkes/SK/IV/2000 tentang Kebijakan Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010. (b) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1202/Menkes/SK/VII/2003 tentang Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Propinsi Sehat dan Kabupaten Sehat (c) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang Standard Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
Untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan tersebut diperlukan indikator, antara lain Indikator Indonesia Sehat, dan Indikator Kinerja dari Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan. Indikator Indonesia Sehat yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri tersebut di atas dapat digolongkan ke dalam : (1) Indikator Derajat Kesehatan sebagai Hasil Akhir, yang terdiri atas indikator-indikator untuk Mortalitas, Morbiditas, dan Status Gizi; (2) Indikator Hasil Antara, yang terdiri atas indikator-indikator untuk Keadaan Lingkungan, Perilaku Hidup, Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan; serta (3) Indikator Proses dan Masukan, yang terdiri atas indikator-indikator untuk Pelayanan Kesehatan, Sumber Daya Kesehatan, Manajemen Kesehatan, dan Kontribusi Sektor Terkait. Sedangkan Indikator Kinerja Standar Pelayanan Minimal Kesehatan di Kabupaten/Kota terdiri atas 26 indikator pelayanan bidang kesehatan.
Dalam melakukan manajemen perencanaan penyelesaian masalah, ada tahap-tahap yang harus dilakukan, yaitu analisis situasi, identifikasi masalah, prioritas masalah, alternatif penyelesaian masalah, menentukan tujuan, dan menyusun planning of action dari setiap tujuan yang ditetapkan. Setelah itu, baru dilakukan monitoring dan evaluasi kegiatan.
Salah satu sarana yang dapat digunakan untuk menggambarkan hasil atau pencapaian program di bidang kesehatan atau kinerja dari penyelenggaraan pelayanan kesehatan adalah Profil Kesehatan. Profil Kesehatan pada intinya berisi berbagai data/informasi yang menggambarkan tingkat pencapaian program pembangunan kesehatan di tingkat Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan. Disamping itu profil juga bermanfaat sebagai bahan untuk perencanaan pembangunan kesehatan di tingkat Kabupaten.
Oleh karena itu data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat sangat dibutuhkan dalam melakukan tahapan-tahapan manajemen perencanaan, seperti analisis situasi, identifikasi masalah, menentukan prioritas masalah, menentukan tujuan, mengambil keputusan dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan mengevaluasi pembangunan kesehatan di suatu tempat, dalam hal ini dikhususkan untuk Kota Denpasar pada Tahun 2006.

B.     RUMUSAN MASALAH
Melalui makalah ini, ingin dilihat beberapa hal, yaitu :
·         Bagaimana situasi kesehatan di Kota Denpasar?
·         Apakah ada masalah kesehatan yang terjadi?
·         Jika ada, bagaimana cara menyelesaikannya?

C.    TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
·         Untuk mengetahui situasi kesehatan dan permasalahan kesehatan yang ada di Kota Denpasar.
·         Untuk mengetahui cara penyelesaian permasalahan tersebut
BAB II
PEMBAHASAN

Dalam melakukan manajemen penyelesaian masalah, ada beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu melakukan analisis situasi, mengidentifikasi penyebab masalah, menentukan prioritas masalah, menentukan alternatif penyelesaian masalah, menetukan tujuan, dan menyusun rencana operasional atau planning of action (PoA).

A.    ANALISIS SITUASI
Dilihat dari segi geografis, Kota Denpasar terletak pada posisi 08035’31” sampai 08044’49” Lintang Selatan dan 115000’23” sampai 115016’27” Bujur Timur. Kota Denpasar merupakan daerah dengan ketinggian 500 meter dari permukaan laut. Batas wilayah Kota Denpasar di bagian Utara, Selatan dan Barat berbatasan dengan Kabupaten Badung, sedangkan di bagian Timur berbatasan dengan Kabupaten Gianyar. Luas Wilayah Kota Denpasar 127,78 km2 atau 2,18% dari luas wilayah Propinsi Bali. Secara administratif Kota Denpasar terdiri dari 4 Keamatan, 43 desa atau kelurahan dengan 209 dusun. Luas wilayah masing-masing kecamatan yaitu Kecamatan Denpasar Utara dengan luas Wilayah 31,42 km2, Kecamatan Denpasar Timur dengan luas wilayah 22,31 km2, Kecamatan Denpasar Selatan dengan luas wilayah 49,99 km2 dan Kecamatan Denpasar Barat dengan luas wilayah 24,06 km2.
Selama tahun 2005 curah hujan yang terjadi berada di bawah normal yaitu pada bulan Januari, Februari, Maret, Mei, Juni, Juli, Agustus, September dan Oktober. Sedangkan curah hujan yang cukup tinggi terjadi pada bulan Desember.
Dalam analisis situasi ini, akan dilihat situasi kesehatan masyarakat di Kota Denpasar dari aspek Kependudukan/demografi, Situasi dan kecenderungan kesehatan, Lingkungan kesehatan, Perilaku kesehatan, Program/pelayanan kesehatan (Kinerja/cakupan, Pembiayaan, SDM, Sarana), Kebijaksanaan kesehatan, dan Kebijakan/rencana pembangunan daerah.

1.      Kependudukan/Demografi
Pada tahun 2006 jumlah penduduk Kota Denpasar sebanyak 583.600 jiwa, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 295.183 jiwa dan perempuan 288.417 jiwa. Jumlah KK yang ada sebanyak 116.720 KK. Dari jumlah tersebut 17.204 KK (14,74%) termasuk dalam kategori miskin. Tingkat kepadatan penduduk adalah 4567/km2. Sex ratio penduduk Kota Denpasar pada tahun 2006 adalah 1,02 sedangkan Umur Harapan Hidup (UHH) penduduk Kota Denpasar mencapai umur 72,11 tahun.
Berikut adalah tabel jumlah penduduk menurut kelompok umur :

JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR
DI KOTA DENPASAR
TAHUN 2006
No
Kelompok Umur (Tahun)
Jumlah Penduduk
Laki-laki
Perempuan
Total
1
0-4
29.038
28.485
57.523
2
5-9
23.448
22.485
45.933
3
10-14
19.112
18.326
37.438
4
15-19
25.152
23.537
48.689
5
20-24
34.109
32.382
66.491
6
25-29
36.894
36.160
73.054
7
30-34
34.619
34.891
69.510
8
35-39
27.505
26.913
54.418
9
40-44
20.285
19.697
39.982
10
45-49
15.169
14.930
30.099
11
50-54
10.346
10.026
20.372
12
55-59
6.871
6.828
13.699
13
60-64
4.771
4.852
9.623
14
65-69
3.296
3.498
6.794
15
70-74
2.458
2.775
5.233
16
75+
2.110
2.632
4.742
Jumlah
295.183
288.417
583.600
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Denpasar Tahun 2006

Sarana pendidikan yang ada di Kota Denpasar meliputi Sekolah TK sebanyak 179 buah, dengan jumlah murid 17.899 anak, SD/MI 206 buah dengan jumlah murid 75.052 orang, SLTP/MTs 36 buah dengan jumlah jumlah murid 24.223 orang, sedangkan SLTA/MA 45 buah dengan jumlah murid 27.259 orang.
Sedangkan untuk struktur perekonomian masyarakat di Kota Denpasar agak berbeda jika dibandingkan dengan struktur perekonomian masyarakat Provinsi Bali pada umumnya.
Sektor perdagangan, hotel dan restaurant mendominasi pembentukan Produk Domestik Regional Bruto Kota Denpasar. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator pembangunan dibidang ekonomi dari suatu wilayah. Dari data PDRB kita dapat mengetahui kemampuan suatu daerah dalam berproduksi.
Nilai PDRB Kota Denpasar tahun 2005 atas dasar harga berlaku sebesar 6,29 triliun rupiah atau meningkat sebanyak 919 milyar rupiah bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan sebesar 4,17 triliun rupiah atau bertambah sekitar 237 milyar rupiah dibandingkan tahun sebelumnya.
Persentase nilai PDRB Kota Denpasar terhadap PDRB Propinsi Bali tahun 2005 atas dasar harga yang berlaku adalah sebesar 18,55%, dan nilai PDRB atas dasar harga konstan sebesar 19,80%. Laju pertumbuhan PDRB Kota Denpasar atas dasar harga berlaku pada tahun 2005 sebesar 17,09%, sedangkan laju pertumbuhan PDRB Kota Denpasar berdasar harga konstan sebesar 6,05%.

2.      Situasi dan Kecenderungan Kesehatan
Situasi kecenderungan kesehatan di Kota Denpasar dapat dilihat dari morbiditas dan mortalitas yang terjadi di Kota Denpasar pada tahun 2006 dan tahun-tahun sebelumnya sebagai perbandingan.
Tingkat kematian secara umum sangat berhubungan erat dengan tingkat kesakitan. Sebab-sebab kematian ada yang dapat diketahui secara langsung dan tidak langsung, diantaranya adalah adanya faktor-faktor lain yang secara bersama-sama dan komulatif akhirnya berpengaruh terhadap tingkat kematian dalam masyarakat. Salah satu faktor penting lainnya adalah jumlah anak yang dilahirkan yang semakin kecil dan tingkat kelahiran yang semakin menurun.
Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat mortalitas dan morbiditas adalah sosial ekonomi, pendapatan perkapita, pendidikan, perilaku hidup sehat, lingkungan, upaya kesehatan dan fertilitas.
Data informasi tentang derajat kesehatan dinyatakan dengan angka kematian bayi, angka kematian balita, angka kematian ibu maternal, angka kematian kasar dan umur harapan hidup. Data ini diperoleh dari Susenas, SKRT, maupun sensus penduduk. Data derajat kesehatan dari sumber resmi tersebut belum menggambarkan sampai tingkat Kabupaten hanya tingkat propinsi saja.

Ø  Morbiditas

Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa penyakit infeksi tetap mendominasi 10 penyakit utama di Kota Denpasar. Ini menunjukkan bahwa kondisi lingkungan masyarakat sebagai faktor risiko penyakit infeksi belum begitu baik di masyarakat ditambah lagi dengan kurang sadarnya masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.

Ø  Angka Kematian Bayi (AKB)
Hasil SUSENAS 1999 menunjukan bahwa Angka Kematian Bayi (AKB) di propinsi Bali sebesar 30,71 per 1000 kelahiran hidup. Hasil SKRT 1999 di Jawa- Bali tentang pola penyebab kematian bayi adalah gangguan perinatal (33,5%, penyakit sistem pernapasan 32,1%, Diare 9,6%, Penyakit sistem syaraf 6%, penyakit infeksi dan parasit lain 4,1%, tetanus 2,3%. Angka Kematian Bayi (AKB) di Kota Denpasar dalam lima tahun terakhir seperti pada grafik di bawah ini.











Data pada grafik di atas menunjukkan bahwa Angka Kematian Bayi (AKB) di Kota Denpasar mulai mengalami peningkatan dari 7,7 per 1000 KH pada tahun 2004 menjadi 14,8 per 1000 KH pada tahun 2006. Jika dibandingkan dengan cakupan AKB di Tingkat Propinsi Bali pada tahun 2006 yaitu sebesar 9,64 per 1000 KH, cakupan AKB di Kota Denpasar masih lebih tinggi, namun masih dibawah target nasional yaitu sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup, maupun target Propinsi dan Kota Denpasar sebesar 30 per 1000 kelahiran hidup.
Kecamatan dengan Angka Kematian Bayi paling tinggi pada tahun 2006 adalah Kecamatan Denpasar Utara (22 per 1000 KH),, kemudian disusul Kecamatan Denpasar Selatan (15 per 1000 KH), Kecamatan Denpasar Timur (14 per 1000 KH) dan terendah adalah Kecamatan Denpasar Barat (11 per 1000 KH).
Rendahnya Angka Kematian Bayi di Kota Denpasar menunjukan pelayanan kesehatan bagi bayi cukup baik karena petugas dan sarana kesehatan sudah menjangkau seluruh wilayah desa/kelurahan yang ada di Kota Denpasar.

Ø  Angka Kematian Balita (AKABA)
Angka Kematian Balita (1-5 tahun) adalah jumlah kematian anak umur 1-5 tahun per 1000 kelahiran hidup. AKABA menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak-anak dan faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kesehatan anak balita seperti gizi, sanitasi, penyakit infeksi dan kecelakaan. Angka Kematian Balita (AKABA) di Kota Denpasar seperti pada grafik di bawah ini :

Angka Kematian Balita (AKABA) di Kota Denpasar dalam lima tahun terakhir tergolong masih rendah meskipun ada peningkatan dari 0,32% pada tahun 2005 menjadi 6,34% pada tahun 2006. Kalau dibandingkan dengan estimasi kematian Balita di propinsi Bali yang dihitung dari Badan Pusat Statistik tahun 1999 sebesar 59 per 1000 kelahiran hidup, angka tersebut tergolong masih rendah. Kalau dilihat dari Hasil SKRT 1999 di Jawa Bali menunjukan 5 penyebab kematian balita yaitu penyakit sistim pernafasan 30,8%, gangguan perinatal 21,6%, diare 15,3%, Infeksi dan parasit lain 6,3%, saraf 5,5%, tetanus 3,65 %.
Kecamatan dengan angka kematian balita tertinggi di Kota Denpasar adalah Kecamatan Denpasar Utara (23 per 1000 KH), kemudian disusul Kecamatan Denpasar Timur (21 per 1000 KH), Kecamatan Denpasar Selatan (16 per 1000 KH) dan Kecamatan Denpasar Barat (11 per 1000 KH).
Rendahnya angka kematian balita (AKABA) di Kota Denpasar disebabkan karena baiknya gizi balita, rendahnya faktor risiko yang mengakibatkan kematian bagi balita, perilaku orang tua dalam pemberian gizi anak cukup baik serta peranan dari petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Ø  Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)
Angka Kematian Ibu Maternal berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi, kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, waktu melahirkan dan masa nifas. Angka kematian ibu sampai saat ini baru diperoleh dari survei-survei terbatas seperti penelitian dan pencatatan pada 12 rumah sakit pendidikan (1977-1980) diperoleh AKI 370 per 100.000 kelahiran hidup. Hasil SKRT 1997 Angka Kematian Ibu sebesar 373 per 100.000 kelahiran hidup.
Angka kematian ibu maternal di Kota Denpasar dalam lima tahun terakhir sebagaimana terlihat pada grafik di bawah ini :
Angka Kematian Ibu Maternal di Kota Denpasar dalam lima tahun terakhir berfluktuatif dimana AKI tertinggi terjadi pada tahun 2004 sebesar 72 per 100.000 KH kemudian pada tahun 2005 turun menjadi 16 per 100.000 KH dan pada tahun 2006 meningkat lagi menjadi 59 per 100.000 KH. Dibandingkan dengan Cakupan AKI Tingkat Propinsi Bali sebesar 80,44 per 100.000 KH dan Tingkat Nasional sebesar 307 per 100.000 KH pada tahun 2006, maka Angka Kematian Ibu (AKI) di Kota Denpasar berada dibawah dari Angka Kematian Ibu (AKI) di Tingkat Propinsi Bali maupun nasional. Begitu juga halnya jika dibandingkan dengan target pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan, maka AKI per 100.000 Kelahiran Hidup di Kota Denpasar termasuk rendah karena masih di bawah target yang ditetapkan baik secara nasional (125 per 100.000 KH) maupun Tingkat Propinsi dan Kota Denpasar (100 per 100.000 KH).
Sebaran AKI di Kecamatan yang ada di Kota Denpasar adalah Kecamatan Denpasar Utara dan Kecamatan Denpasar Timur masing-masing 10 per 100.000 KH, Kecamatan Denpasar Selatan dan Kecamatan Denpasar Barat masing-masing 20 per 100.000 KH. Kalau dibandingkan dengan target pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan, maka AKI per 100.000 KH di Kota Denpasar termasuk rendah karena berada di bawah target yang ditetapkan baik secara nasional (125 per 100.000  KH) maupun target Propinsi/Kota Denpasar (100 per 100.000 KH).

3.      Lingkungan kesehatan
Penyakit infeksi dan parasit berkaitan dengan penggunaan air bersih, jamban keluarga, pengelolaan sampah dan pembuangan air limbah.
Ø  Air bersih
Persentase keluarga yang memiliki akses air bersih di Kota Denpasar pada tahun 2006 sudah mencapai 100%. Akses air bersih bersumber dari ledeng dengan persentase tertinggi yaitu 68,92% kemudian diikuti akses air bersih bersumber dari sumur gali 28,93%, sumur pompa tangan (SPT) 4,15% dan yang terkecil bersumber dari lain-lain sebesar 0,10%. Dengan adanya seluruh masyarakat yang sudah bisa mengakses air bersih di Kota Denpasar, diharapkan penyakit-penyakit menular melalui air (water borne desease) dapat dicegah atau sedapat mungkin diturunkan kasusnya.

Ø  Perumahan dan lingkungan
a. Rumah Sehat
Pada tahun 2006 dilakukan pemeriksaan terhadap 67.952 rumah (59,68%) dari 113.853 rumah yang ada di Kota Denpasar. Jumlah Rumah yang termasuk dalam kategori sehat sebanyak 51.081 rumah (75,17%).
      b. Rumah/Bangunan Bebas Jentik
Dalam rangka pencegahan terhadap DBD, di Kota Denpasar telah dilakukan pengamatan jentik secara berkala. Pemeriksaan dilakukan pada 55.080 rumah/bangunan (63,38%) dari 86,901 rumah/bangunan yang ada. Hasilnya menunjukkan bahwa yang termasuk dalam kategori rumah/bangunan bebas jentik sebanyak 44.907 rumah/bangunan (81,53%). Sedangkan sisanya 18,47% dalam kategori tidak bebas jentik yang dikhawatirkan dapat menimbulkan KLB Demam Berdarah Dengue di Kota Denpasar. Untuk itu perlu upaya yang lebih keras lagi dari petugas maupun seluruh komponen masyarakat agar seluruh rumah/bangunan yang ada bebas dari jentik.
       c. Jamban
Jumlah KK yang memiliki jamban di Kota Denpasar pada tahun 2006 sebanyak 101.158 KK (88,85%) dari 113.850 KK yang ada. Tingginya cakupan KK yang memiliki jamban merupakan faktor pendukung tercapainya kesehatan masyarakat, terutama dalam mencegah penularan penyakit menular dengan perantara kotoran manusia seperti kecacingan, dan sebagainya.
      d. Tempat Sampah dan pengelolaan air limbah
Data mengenai sarana sanitasi berupa tempat sampah pada tahun 2006 tidak dilaporkan. Pengelolaan air limbah ditingkat keluarga sudah mulai mendapatkan perhatian. Dari 113.850 KK yang ada, yang memiliki pengelolaan air limbah sebanyak 87.552 KK (76,90%).

Ø  Tempat-Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan
Pemeriksaan terhadap tempat-tempat umum dan pengelolaan makanan (TUPM) meliputi hotel, restoran atau rumah makan, pasar serta TUPM lainnya. Jumlah hotel yang ada di Kota Denpasar sebanyak 200 buah, restoran atau rumah makan sebanyak 350 buah, pasar sebanyak 45 buah, Tempat-tempat Umum Pengeloaan Makanan (TUPM) sebanyak 3.397 buah serta TUPM lainnya sebanyak 1.924 buah.
Hotel yang termasuk dalam kategori sehat sebanyak 107 (93%) dari 115 buah hotel yang diperiksa, restoran atau rumah makan seluruhnya termasuk dalam kategori sehat dari 283 restoran atau rumah makan yang diperiksa, TUPM dalam kategori sehat sebanyak 2.100 buah (87,54%) dari TUPM yang ada serta untuk TUPM lainnya dalam kategori sehata sebanyak 1.632 (84,82%) dari 1.924 TUPM lainnya yang ada.

Ø  Pembinaan Institusi
Pembinaan terhadap institusi pada tahun 2006 hanya dilakukan pada sarana kesehatan, sarana ibadah dan sarana pendidikan, sedangkan pembinaan di perkantoran sampai saat ini belum dilaksanakan. Sarana kesehatan yang ada sudah seluruhnya dibina secara rutin. Untuk sarana ibadah baru dilakukan pembinaan terhadap 172 sarana ibadah (69,64%) dari 247 buah sarana ibadah yang ada.
Sedangkan pada institusi sarana pendidikan, pembinaan dilakukan pada 205 sarana (7perkantoran serta sarana lainnya tidak ada data tentang pembinaan di institusi %) dari sarana pendidikan yang ada.

4.      Perilaku Kesehatan
Untuk menanggulangi rumah tangga yang rawan terhadap penyakit infeksi dan non infeksi, maka setiap rumah tangga yang ada perlu diberdayakan untuk melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada rumah tangga di Kota Denpasar dalam lima tahun terakhir seperti pada grafik di bawah ini :
Data lima tahun terakhir menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah rumah tangga yang ber-PHBS di Kota Denpasar mulai tahun 2002 s/d 2005. Cakupan tertinggi dicapai pada tahun 2005 yaitu 99,86%. Akan tetapi pada tahun 2006 cakupan rumah tangga ber-PHBS di Kota enpasar mengalami penurunan dengan tingkat pencapaian 76,63%. Untuk mencegah penurunan cakupan rumah tangga ber-PHBS di Kota Denpasar perlu diantisipasi dengan meningkatkan pembinaan PHBS di rumah tangga dengan menggerakkan dan memberdayakan keluarga atau anggota rumah tangga untuk hidup bersih dan sehat agar setiap keluarga tahu, mau dan mampu menolong diri sendiri di bidang kesehatan.
Beberapa perilaku masyarakat yang merugikan kesehatan antara lain penggunaan narkotika, obat psikotropika dan zat aditif. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangai penyalahgunaan NAPZA adalah penyebarluasan informasi kesehatan melalui penyuluhan kepada anak sekolah serta kelompok potensial lainnya di masyarakat.

5.      Program/Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan bertujuan meningkatkan pemerataan dan mutu upaya kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna serta terjangkau oleh segenap masyarakat. Sasarannya adalah tersedianya pelayanan kesehatan dasar dan rujukan oleh pemerintah dan swasta yang didukung oleh partisipasi dan sistem pembiayaan pra upaya.

Ø  Kinerja/Cakupan
·         Cakupan distribusi kapsul Vit. A
Secara umum cakupan vitamin A dosis tinggi pada balita di Kota Denpasar sudah melebihi target tahunan yang telah ditetapkan baik di tingkat propinsi Bali maupun Kota Denpasar.
·         Cakupan pemberian tablet Fe bagi ibu hamil
Data pada tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa cakupan Fe 1 dan Fe 3 pada ibu hamil secara umum sudah melebihi target yang telah ditetapkan untuk masing-masing tahun.
·         Pelayanan ANC
Program ANC bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu melahirkan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan. Kegiatan ANC di Kota Denpasar meliputi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, Kunjungan ibu hamil (K1 dan K4) dan kunjungan neonatus.
Cakupan kegiatan ANC dalam lima tahun terakhir rata-rata mengalami penurunan. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan pada tahun 2004 merupakan hasil tertinggi yang pernah dicapai (100%), sedangkan dua tahun sebelumnya (2002 s/d 2003) serta dua tahun sesudahnya (2005 s/d 2006) hasil yang dicapai berada di bawah target yang ditetapkan secara nasional (95%).
Gambaran Cakupan Persalinan oleh tenaga kesehatan dalam lima tahun terakhir seperti pada grafik di bawah ini :



·         Imunisasi bayi dan ibu hamil
Dalam lima tahun terakhir cakupan imunisasi untuk bayi yang meliputi imunisasi BCG, HB3, Campak, Polio 3, Polio 4, DPT1 dan DPT 3 rata-rata sudah melebihi target yang telah ditetapkan. Namun khusus untuk cakupan imunisasi HB3 pada tahun 2006 hasilnya masih berada di bawah target yang telah ditetapkan. Imunisasi pada ibu hamil meliputi imunisasi TT1 dan TT2. Cakupan imunisasi TT1 dan TT2 pada ibu hamil tiap tahunnya mengalami penurunan. Pada tahun 2006 Cakupan imunisasi TT1 mencapai 69,91% sedangkan TT2 mencapai 62,19%. Hasil ini masih jauh dari target yang ditetapkan yaitu 100% untuk TT1 dan 90% untuk TT2. Adanya penurunan cakupan TT ibu hamil ini kemungkinan disebabkan beberapa factor antara lain mobilitas bumil yang cukup tinggi, atau beralih ke dokter spesialis kandungan (obgyn) dan juga ke tempat praktek bidan swasta.
·         Deteksi dini tumbuh kembang balita
Cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita/prasekolah di Kota Denpasar tahun 2006 sudah mencapai 77,16% atau deteksi tumbuh kembang anak dilakukan terhadap 36.700 anak dari 47.565 anak balita atau anak prasekolah yang ada. Hasil yang dicapai ini sudah berada di atas target yang ditetapkan yaitu sebesar 75%.
·         Pelayanan kesehatan remaja
Pelayanan kesehatan pada kelompok remaja difokuskan pada siswa SMP/SMU. Kegiatannya meliputi penyuluhan dan pembinaan yang terintegrasi dalam pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR).
Cakupan pelayanan kesehatan pada kelompok remaja di Kota Denpasar tahun 2006 baru mencapai 18,24% atau pelayanan kesehatan pada kelompok remaja telah dilakukan pada 8.569 siswa SMP/SMU dari 46.974 siswa SMP/SMU yang ada di Kota Denpasar.
·         Pelayanan kesehatan pra lanjut usia dan lanjut usia
Cakupan pelayanan kesehatan pada kelompok pra usia lanjut dan usia lanjut mencapai 61,57% atau sebanyak 6.218 pra usia lanjut dan usia lanjut telah memperoleh pelayanan kesehatan dari 10.083 pra usia lanjut dan usia lanjut yang ada.
Dibandingkan dengan standar pelayanan minimal bidang kesehatan, maka cakupan pelayanan pra usia lanjut dan usia lanjut di Kota Denpasar masih di bawah target yang ditetapkan (70%)
·         Pelayanan keluarga berencana
Pada tahun 2006 tercatat sebanyak 69.737 Wanita usia subur (WUS) di Kota Denpasar. Dari jumlah tersebut sebanyak 57.700 WUS (82,74%) merupakan peserta KB aktif dan 7.398 (10,61%) merupakan peserta KB baru.
Metode kontrasepsi yang digunakan meliputi Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP).
Metode kontrasepsi jangka panjang yang paling banyak digunakan adalah jenis IUD (44,42%), dan yang paling sedikit adalah jenis implant (0,03%). Sedangkan untuk Non MKJP, kontrasepsi suntikan merupakan yang paling banyak (31,38%) dan yang paling sedikit adalah kondom (4,40%).

Ø  Pembiayaan
Jumlah anggaran sektor kesehatan di Kota Denpasar tahun 2006 sebesar Rp.76.224.972,827 atau sekitar 12,80% dari APBD Kota Denpasar yang seluruhnya berjumlah Rp. 588.122.961.800.
Pemerintah daerah sudah mulai menyadari bahwa kesehatan itu mahal dan merupakan investasi. Hal ini dapat dilihat persentase alokasi anggaran untuk kesehatan semakin meningkat. Dari 3,64 % pada tahun 2002, menjadi 12,80% pada tahun 2006.
Untuk mendapatkan alokasi anggaran yang lebih besar, maka Dinas Kesehatan beserta jajarannya masih perlu melakukan negosiasi dan advokasi untuk membiayai program-program kesehatan yang ada.
Dari total anggaran kesehatan, maka persentase sumber anggaran APBD Kota Denpasar paling besar yaitu Rp. 75.360.806.827 (98,67%), sedangkan dari PHLN hanya Rp. 235.731.000 atau sekitar 0,31%.
Penggunaan Anggaran APBD II untuk sektor Kesehatan didominasi oleh Belanja Operasional dan Pemeliharaan/BOP sekitar 44,08% dan Belanja Administrasi Umum/BAU sekitar 42,05% sedangkan sisanya 13,87% untuk Belanja Modal.

Ø  SDM
Rasio tenaga kesehatan yang ada di Kota Denpasar pada tahun 2006 seperti terlihat pada grafik berikut :
Grafik di atas menunjukkan bahwa rasio terbesar tenaga kesehatan yang ada di Kota Denpasar per 100.000 penduduk pada tahun 2006 adalah tenaga perawat dan bidan yang mencapai 401 per 100.000 penduduk, kemudian diikuti tenaga medis yang mencapai 181 per 100.000 penduduk. Sedangkan rasio terkecil adalah tenaga Sanitasi 7 per 100.000 penduduk dan tenaga kesehatan masyarakat (Kesmas) yang hanya 6 per 100.000 penduduk Kota Denpasar. Secara keseluruhan jumlah tenaga kesehatan per 100.000 penduduk di Kota Denpasar belum memenuhi target yang ditetapkan dalam Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar tahun 2006 s/d 2010.

Ø  Sarana
Sumber daya sarana kesehatan yang ada di Kota Denpasar pada tahun 2006 seperti terlihat dalam tabel di bawah ini :
Sarana pelayanan kesehatan yang ada, baik milik pemerintah maupun swasta secara geografis mudah diakses atau dijangkau serta penyebarannya hampir merata di seluruh wilayah Kota Denpasar.

6.      Kebijakan/Rencana Pembangunan Daerah
Target yang harus dicapai program kesehatan setiap tahunnya telah tertuang dalam Standar Pelayanan Minimal Kesehatan. Standar Pelayanan Minimal (SPM) pada hakekatnya merupakan bentuk-bentuk pelayanan kesehatan yang selama ini telah dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota, yang merupakan jenis pelayanan yang bersifat spesifik daerah yang merupakan permasalahan kesehatan masyarakat dan terkait dengan kesepakatan global.
Rencana-rencana tersebut antara alain :
·         Meningkatkan kualitas SDM dan koordinasi kerja dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
·         Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal kepada masyarakat
·         Mendorong kesadaran dan peran aktif masyarakat dalam membangun perilaku hidup bersih dan sehat.
·         Melaksanakan kerjasama dengan lintas sektor dan masyarakat
·         Melakukan koordinasi dengan lintas sektor dan sosialisasi tentang program pembangunan kesehatan nasional.

Dari analisis situasi di atas, dapat dilihat bahwa meskipun pembangunan kesehatan di Kota Denpasar pada tahun 2006 sudah bagus, namun masih ada masalah kesehatan yang terjadi.
Masalah tersebut yaitu masih tingginya dominasi penyakit infeksi pada 10 penyakit utama di Kota Denpasar pada tahun 2006 sebesar 67,12%.
Penyakit infeksi ini antara lain adalah Infeksi akut pada saluran pernafasan bagian atas (37,53%), Infeksi lain pada saluran pernafasan bagian atas (21,85%), Penyakit kulit infeksi (5,18%), dan penyakit infeksi menular seksual serta HIV/AIDS (2,56%).


B.     IDENTIFIKASI PENYEBAB MASALAH
Setelah melakukan analisis situasi, didapatkan masalah yang terjadi di Kota Denpasar adalah dominasi penyakit infeksi yang belum bisa diatasi, yaitu sebesar 67,12%. Oleh karena itu, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi penyebab masalah atau faktor determinannya.
Dalam melakukan identifikasi penyebab masalah, dapat menggunakan Pendekatan Blum. Suatu metode analisis penyebab masalah dengan memperhatikan faktor yang mempengaruhi status kesehatan suatu masyarakat yang dikemukakan oleh H.L. Blum, yaitu :

·         Lingkungan
·         Perilaku
·         Pelayanan Kesehatan
·         Genetik/Kependudukan.


Identifikasi Penyebab Masalah Kesehatan di Kota Denpasar pa.da Tahun 2006
Masalah
Pola-pola sebab
Lingkungan
Perilaku
YanKes
Genetik/Demografi
Dominasi penyakit infeksi (ISPA, infeksi saluran pernapasan lain, infeksi kulit, IMS, dan HIV/AIDS) pada 10 penyakit utama
Perubahan musim
Menurunnya presentasi RT yang ber-PHBS selama 5 tahun terakhir
Rendahnya persentase ketersediaan obat sesuai kebutuhan
Tingginya kepadatan penduduk, yaitu  4.567/km2.
Agent penyakit, baik yang bersifat biologi, kimia, maupun fisika.
Meningkatnya penderita HIV/AIDS selama 5 tahun terakhir (116 kasus)
Rendahnya cakupan ibu hamil yang mendapat tablet Fe



Tingginya penderita IMS (78,9%)
Rendahnya cakupan Balita gizi buruk yang mendapat perawatan


Meningkatnya kasus balita BGM  selama 5 tahun terakhir (0,79%)



Rendahnya cakupan kunjungan neonates & cakupan kunjungan bayi



C.    PRIORITAS MASALAH
Prioritas masalah dibutuhkan untuk mengidentifikasi masalah atau penyebab masalah mana yang akan  terlebih dahulu diintervensi atau ditindak lanjuti. Prioritas masalah penting karena sumberdaya (6M+1T: Man/tenaga, Money/dana atau uang, Material/bahan, Methode/teknik, Mechine/alat, Market/pasar dan Time/waktu) bidang kesehatan yang terbatas, sedangkan masalah yang harus ditanggulangi sangat  banyak dan kompleks. Ada beberapa cara yang dapat digunakan, salah satunya adalah metode PAHO (Pan America Health Organization). Penentuan prioritas berdasarkan  4 kriteria (skor 1-10) :
(1)   Magnitude (M): prevalensi, jumlah penduduk yang terkena 
(2)   Severity (S): keparahan, misalnya CFR, kerugian ekonomis
(3)   Vulnerability (V): apakah tersedia kemampuan/teknologi mengatasinya
(4)   Community/political concern (CC) : kehebohan masyarakat dan pejabat
Ø  Daftar masalah yang akan diintervensi:
·         Penyakit infeksi menular seksual dan HIV/AIDS (3673 kasus): Masalah A
·         Penyakit kulit infeksi (13.782 kasus): Masalah B
·         Infeksi lain pada saluran pernafasan bagian atas (58.098 kasus):  Masalah C
·         Infeksi akut pada saluran pernafasan bagian atas/ISPA (99.791 kasus): Masalah D
Ø  Tabel Skorring Prioritas Masalah
Kriteria PAHO
Masalah A
Masalah B
Masalah C
Masalah D
Magnitude (M)
4
6
6
8
Severity (S)
5
4
6
7
Vulnerability (V)
4
5
5
6
Community/political concern (CC)
6
5
5
5
M x S x V x CC
480
600
900
1680
Rangking
4
3
2
1
Jadi, dari tabel skorring, dapat dilihat bahwa masalah yang diprioritaskan penyelesaiannya adalah :
1        =   Infeksi akut pada saluran pernafasan bagian atas/ISPA (99.791 kasus): Masalah D  
2        =   Infeksi lain pada saluran pernafasan bagian atas (58.098 kasus):  Masalah C
3        =   Penyakit kulit infeksi (13.782 kasus): Masalah B
4        =   Penyakit infeksi menular seksual dan HIV/AIDS (3673 kasus): Masalah A

D.    ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH
Selanjutnya adalah menyusun alternatif penyelesaian masalah yang diprioritaskan untuk diselesaikan dengan menggunakan beberapa cara, salah satunya adalah Focus Group Discussion (FGD).
Focus Group Discussion (FGD) atau Diskusi Kelompok Terarah (DKT) adalah bentuk diskusi yang bersifat informal dan terstruktur untuk mendiskusikan atau membahas suatu masalah tertentu atau membahas cara penyelesaian suatu masalah. Manfaat dari FGD ini adalah dapat diperoleh masukan dari berbagai pihak mengenai suatu masalah atau cara penyelesaian suatu masalah.
Untuk menyelesaikan masalah penyakit infeksi (ISPA, infeksi lain, penyakit kulit infeksi, serta IMS dan HIV/AIDS), dapat menggunakan beberapa cara berikut ini :
ü  Pelatihan kader-kader kesehatan yang ada di daerah terpencil.
ü  Penyempurnaan surveilans.
ü  Memberikan penjelasan dan komunikasi tentang penyakit batuk pilek biasa (bukan pneumonia) serta penyakit pneumonia kepada ibu-ibu serta tentang tindakan yang perlu dilakukan oleh ibu yang anaknya menderita penyakit tersebut.
ü  Memberikan penyuluhan tentang Kewaspadaan Standar dari kasus Infeksi, yang meliputi kebersihan tangan, penggunaan alat pelindung diri (APD), untuk menghindari kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, sekret , dan kulit yang tidak utuh, pencegahan luka tusukan jarum/benda tajam, dan pembersihan dan disinfeksi lingkungan dan peralatan.
ü  Memberikan penyuluhan tentang pentingnya PHBS dan kebersihan lingkungan.
ü  Memberikan penyuluhan tentang bahaya IMS dan HIV/AIDS
ü  Penyebarluasan kondom pada kelompok risiko tinggi

E.     MENENTUKAN TUJUAN
Tujuan adalah gambaran keadaan yang akan datang, yang diwujudkan melalui berbagai kegiatan yang direncanakan.
Fungsi dari penentuan tujuan adalah :
         Pedoman bagi kegiatan; menentukan kegiatan yang “harus” dan “tidak harus” dilakukan, termasuk sebagai dasar untuk alokasi sumber daya
         Sumber legitimasi; pembenaran untuk mendapatkan sumberdaya dan  dukungan
         Standar pelaksanaan; temasuk sebagai standar penilaian
         Sumber motivasi; dorongan untuk melakukan pekerjaan, apalagi didukung dengan adanya insentif
         Dasar rasional pengorganisasian; pola komunikasi, pengawasan, pengendalian, dll
         Prioritas kegiatan organisasi; ada gambaran kegiatan utama organisasi.
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan tujuan program, yaitu sebagai berikut:
         Target atau tujuan yang merupakan komitmen nasional
         Target atau tujuan yang merupakan komitmen global
         Tujuan progam lima tahunan seperti ditetapkan dalam Renstra Kesehatan Daerah
Prinsip dasar yang harus diperhatikan adalah SMARTS yaitu Specific (spesifik), Measurable (dapat diukur), Attainable (dapat dicapai), Relevant (relevan), Time bound (tepat waktu).
Hal yg perlu dipertimbangkan dalam penentuan tujuan adalah:
         Trend masa lalu
         Tujuan dalam renstrakes
         Fenomena “diminishing return”
         Prospek sumberdaya/dana
         Kapasitas institusi/infrastruktur

Pernyataan tujuan ada 2, yaitu tujuan umum dan khusus, yaitu :
         Tujuan Umum : Menurunkan angka prevalensi penyakit infeksi, Meningkatkan cakupan pemeriksaan, dan Menurunkan angka kematian akibat penyakit infeksi.
         Tujuan khusus : Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit infeksi dan Menyediakan fasilitas kesehatan untuk menanggulangi penyakit infeksi.

Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, maka dilakukan kegiatan-kegiatan berikut ini:
Program Kesehatan
Kegiatan
Pelayanan individu
         Penemuan kasus : pemeriksaan individu
         Faktor resiko: kesadaran individu             
Kesehatan masyarakat
         Penemuan kasus : survei
         Faktor resiko:
ü  Penyuluhan tentang kewaspadaan standar dari kasus penyakit infeksi
ü  Penyuluhan tentang penyakit batuk pilek biasa (bukan pneumonia) serta penyakit pneumonia kepada ibu-ibu serta tentang tindakan yang perlu dilakukan oleh ibu yang anaknya menderita penyakit tersebut.
ü  Promosi kesehatan ttg phbs dan lingkungan sehat
ü  Promosi bahaya HIV/AIDS dan ims serta penggunaan kondom untuk mencegah HIV/AIDS
ü  Monitoring KLB
Manajemen
         Pertemuan kordinasi lintas sektor
         Pertemuan kordinasi lintas program
         Sistem pelaporaan
         Supervisi lapangan
Peningkatan kapasitas
         Pelatihan kader
         Pembelaian alat (mikroskop, komputer)
         Perluasan penyebaran kondom

F.     MENYUSUN POA
Rencana Operasional atau planning of action adalah suatu dokumen penyusunan rencana pelaksanaan program kesehatan yang disusun berdasarkan kegiatan-kegiatan dengan memperhitungkan hal-hal yang telah ditetapkan dalam proses sebelumnya serta semua potensi sumber daya yang ada.
Langkah-langkah dalam penyusunan PoA antara lain :
         menguraikan masalah
         perumusan tujuan, sasaran dan kebijaksanaan
         uraian program kesehatan
         pengawasan dan pengendalian.

Ø  Bagan PoA
Kegiatan
Tujuan
Sasaran
Biaya /
Sumber
Waktu
Tempat
Penanggu-ngjawab
Indikator keberhasilan
Ket
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Penemuan kasus
Untuk mengetahui prevalensi dan trend penyakit infeksi
Individu dan masy.
Makan+Transportasi (3.750.000/10 org/14hari)+Lain2(250.000/ 14 hari) = 4.000.000
Sumbernya APBD
Apr
Semua wilayah Kota Denpasar
Kepala Dinkes
Minimal 75%

Penyuluhan tentang PHBS dan lingkungan sehat
Untuk memberikan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam hal ber-PHBS
Masy. Kota Denpasar yg tinggal di daerah risti peny. infeksi (Denpasar Timur)
350 brosur xRp2000= 700.000 + biaya operasional 300.000 = 1.000.000
Sumbernya PHLN
2x dlm setahun (Mei& Nov.)
PKM di daerah risti
Ketua Pelaksana Kegiatan
Minimal 70%

Promosi bahaya HIV/AIDS dan  IMS, serta penggunaan kondom untuk mencegah HIV/AIDS
Untuk memberikan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang bahaya HIV/AIDS dan IMS
PSK dan kelompok usia remaja
Rp2.500.000
Sumbernya PHLN
Mei-Juli
Tempat lokalisasi dan 20 sekolah
Ketua Pelaksana Kegiatan
Minimal 70%

Pertemuan kordinasi lintas sektor dan lintas program
Untuk mengkoordinasikan masalah penyakit infeksi yang terjadi di Kota Denpasar
Seluruh sektor yang terkait
Rp 2.000.000
Sumbernya APBD
Bulan Jan, Juli, dan Desember
Di R.per- temuan Dinkes
Kepala Dinas Kesehatan
Kehadiran peserta 100%

Surveilans
Untuk mengetahui frekuensi, distribusi, dan faktor determinan dari penyakit infeksi
Semua masy. Kota Denpasar
Rp 5.000.000
Sumbernya APBD
Bulan Jan-Des
PKM, RS, dan DinKes
Kepala bagian Epidemiologi
Minimal 90%

Pelatihan kader
Untuk memberdayakan masyarakat agar mandiri dalam menyelesaikan penyakit infeksi yang masih level awal.
ToMa, ToGa
Rp 1.000.000
Sumbernya APBD
Juni, Sept, Okt, Feb, dan Maret
PKM 4 kec di Kota Denpasar
Kepala PKM
Minimal 75%

Penyebarluasan kondom
Untuk mencegah menularnya penyakit IMS IMSH IV/AIDS
PSK dan orang-orang yang beresiko tinggi lainnya
Rp 1.000.000
Sumbernya PHLN
Juni
Tempat lokalisasi
Ketua Pelaksana Kegiatan
Minimal 95%

Ø  Penyusunan Jadwal Waktu (Gantt Chart)
Kegiatan yang akan dilakukan dalam suatu program kesehatan harus disusun secara rinci, dan ditentukan batas waktu atau tanggal tertentu kapan program  harus selesai.
Kegiatan
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
Juli
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
Penemuan kasus penyakit infeksi












Penyuluhan tentang PHBS dan lingkungan sehat












Promosi bahaya HIV/AIDS dan  IMS, serta penggunaan kondom untuk mencegah HIV/AIDS












Pertemuan kordinasi lintas sektor dan lintas program












Surveilans












Pelatihan kader












Penyebarluasan kondom












Setelah selesai menyusun rencana operasional (PoA) ini, maka yang selanjutnya dilakukan adalah melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi kegiatan, untuk melihat apakah kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan berjalan dengan baik dan sesuai dengan rencana atau tidak.

BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Dari hasil manajemen perencanaan kegiatan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu :
Ø  Situasi kesehatan di Kota Denpasar pada tahun 2006 sudah mengalami perkembangan yang bagus, namun masih ada masalah kesehatan yang terjadi.
Ø  Masalah kesehatan yang terjadi di Kota Denpasar pada tahun 2006, yaitu masih mendominasinya penyakit infeksi sebesar 66,05% di antara 10 penyakit utama. Penyakit infeksi 67,12%. Penyakit infeksi ini antara lain adalah Infeksi akut pada saluran pernafasan bagian atas (37,53%), Infeksi lain pada saluran pernafasan bagian atas (21,85%), Penyakit kulit infeksi (5,18%), dan penyakit infeksi menular seksual serta HIV/AIDS (2,56%).
Ø  Untuk menanggulanginya pertama-tama diidentifikasi penyebab masalah, dicari prioritas masalah, menyusun alternatif penyelesaian masalah, menentukan tujuan, dan menyusun rencana operasional atau Planning of Action (PoA), untuk selanjutnya di monitoring dan dievaluasi

B.     SARAN
Ø  Di tingkat puskesmas agar dilakukan pemutakhiran atau validasi data sebagai data dasar penyusunan Profil Kesehatan Kota Denpasar. Karena, data yang lengkap tersebut akan sangat membantu dalam melakukan proses manajemen perencanaan.
Ø  Program-program yang belum meiliki laporan di Subdin/Seksi serta belum ditetapkan targetnya agar ditetapkan targetnya yang mengacu pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan dan disesuaikan dengan kondisi spesifik daerah serta dibuatkan laporan secara rutin.
 

DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Kota Denpasar. Profil Kesehatan Kota Denpasar Tahun 2006.
            Sumber : http://www.dinkeskotadenpasar.go.id/pdf

Materi Kuliah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar